Tanah Lot adalah salah satu obyek wisata
terkenal di pulau Bali. Terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten
Tabanan. Jaraknya sekitar 13 km ke arah barat kota Tabanan. Dari Bandar udara
Ngurah Rai dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam dengan kendaraan
bermotor jika tidak terjadi kemacetan.
Dibangun pada dua tempat yang berbeda. Satu
terletak di atas bongkahan batu besar, dan satunya lagi terletak di atas tebing
yang menjorok ke laut mirip dengan Pura Uluwatu. Tebing inilah yang
menghubungkan pura dengan daratan dan bentuknya melengkung seperti jembatan.
Pura ini merupakan bagian dari Pura Dang
Kahyangan di Bali, sebagai tempat memuja dewa-dewa penjaga laut. Pura ini akan
kelihatan dikelilingi air laut pada saat air laut pasang. Di bawahnya
terdapat goa kecil yang didalamnya ada beberapa ular laut yang mempunyai
ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, berwarna hitam berbelang kuning. Menurut
cerita ular laut tersebut adalah jelmaan dari selendang perdiri pura yaitu
seorang Brahmana dari Jawa yang mengembara ke Bali. Beliau adalah Dang Yang
Nirartha. Ular itu diutus sebagai ular penjaga pura ini.
Dari tempat parkir menuju pura banyak terdapat
toko-toko yang menjual berbagai barang kerajinan. Misalnya patung, lukisan,
kain pantai, pernak- pernik, dan aksesoris. Selain itu juga terdapat pedagang
makanan dan minuman dan penyewaan kamar kecil atau toilet. Harganya pun relatif
murah untuk wisatawan domestik maupun mancanegara.
Menjelang sore hari wisatawan mulai berdatangan.
Matahari yang beranjak tenggelam memperindah suasana. Anda tidak akan sia-sia
meluangkan waktu dari Kuta atau Nusa Dua menuju ke pantai Tanah Lot. Pesona
senja atau sunset begitu mengesankan dengan penampilan tari Kecak meramaikan suasana yang
menambah keindahan pantai Tanah Lot. Cukup dengan membayar Rp 50.000 untuk
semua umur, anda dapat menyaksikan tarian sekitar pukul 17.30 wita. Penarinya
berjumlah lebih dari 20 orang dan sebagian besar laki-laki. Dengan semangat,
para penari berteriak cak…cak…cak…memecah kesunyian.
Sepanjang jalan menuju pantai, tersedia toko yang
menjual oleh-oleh khas Bali. Jika anda merasa haus dan lapar anda dapat membeli
es kelapa muda, makanan ringan, yang tersedia di warung makan sekitar pantai
Tanah Lot. Harganya hampir sama dengan obyek wisata di Bali yang lain.
Fasilitas penginapan sudah tersedia mulai dari kelas melati hingga bintang
lima. Semakin dekat dengan pantai maka harganya semakin mahal.
Pemerintah Kabupaten Tabanan sangat memperhatikan
potensi daerahnya. Terbukti dengan akses jalan sudah diperbaiki, selalu ada
himbauan untuk menjaga kebersihan, keamanan serta kenyamanan wisatawan. Jangan lupa
mencicipi kuliner asli Tabanan yaitu kue klepon yang terbuat dari beras ketan
berisi gula aren, dan kelapa parut didalamnya.
Banyak sekali orang yang tahu tentang Tanah
Lot, tapi sudahkah anda tahu sejarah dari Pura Tanah Lot yang sangat
terkenal itu? Mari kita simak bersama-sama.
Pada masa Kerajaan Majapahit ada seseorang
Bhagawan yang bernama Dang Hyang Dwijendra atau Dang Hyang Nirarta.Beliau
dikenal sebagai Tokoh penyebaran ajaran Agama Hindu dengan nama “Dharma Yatra
“.Di Lombok beliau dikenal dengan nama “Tuan Semeru” atau guru dari Semeru
(sebuah nama Gunung di Jawa Timur).
Pada waktu beliau datang ke Bali untuk
menjalankan misinya,yang berkuasa di Bali saat itu adalah Raja Dalem
Waturenggong yang menyambut beliau dengan sangat hormat.Beliau menyebarkan
agama Hindu sampai ke pelosok-pelosok Pulau Bali.Suatu ketika pada saat beliau
menjalankan tugasnya,beliau melihat sinar suci dari arah tenggara dan beliau
mengikutinya sampai pada sumbernya yang ternyata adalah sebuah sumber mata
air.Tidak jauh dari tempat itu beliau menemukan sebuah tempat yang sangat indah
yang disebut “Gili Beo”(Gili artinya Batu Karang dan Beo artinya Burung) jadi
tempat itu adalah sebuah Batu Karang yang berbentuk burung.
Ditempat inilah beliau melakukan meditasi dan pemujaan terhadap Dewa Penguasa Laut.
Lokasi tempat Batu Karang ini termasuk dalam daerah Desa Beraban,dimana di desa tersebut dikepalai oleh seorang pemimpin suci yang disebut “Bendesa Beraban Sakti”.Sebelumnya masyarakat Desa Beraban menganut ajaran monotheisme(percaya dan bersandar hanya pada satu orang pemimpin yang menjadi utusan Tuhan sperti Nabi)dalam waktu yang singkat banyak masyarakat Desa Beraban ini mengikuti ajaran Dang Hyang Nirarta yang kemudian membuat Bendesa Beraban Sakti sangat marah dan mengajak pengikutnya yang masih setia untuk mengusir Bhagawan suci ini.
Dengan kekuatan spiritual yang dimiliki Dhang
Hyang Nirarta,beliau melindungi diri dari serangan Bendesa Baraban dengan
memindahkan batu karang besar tempat beliau bermeditasi (Gili Beo) ke tengah
lautan dan menciptakan banyak ular dengan selendangnya di sekitar batu karang
sebagai pelindung dan penjaga tempat tersebut.Kemudian beliau memberi nama
tempat itu “Tanah Lot” yang berarti Tanah di tengah Laut.
Akhirnya Bendesa Beraban mengakui kesaktian dan
kekuatan spiritual dari Dang Hyang Nirarta,dan akhirnya Bendesa Beraban menjadi
pengikut setia dan ikut menyebarkan ajaran Agama Hindu kepada penduduk
setempat.Sebagai tanda terima kasih sebelum melanjutkan perjalanan beliau
memberikan sebuah keris kepada Bendesa Beraban yang dikenal dengan nama “Keris
Jaramenara atau Keris Ki Baru Gajah”.Saat ini keris itu disimpan di Puri Kediri
yang sangat dikeramatkan dan di upacarai setiap hari raya Kuningan.Dan upacara
tersebut di adakan di Pura Tanah Lot setiap 210 hari sekali,yakni pada
“Buda Wage Langkir”sesuai dengan penanggalan Kalender Bali.
- Harga
Tiket Masuk Tanah Lot -
Harga tiket masuk untuk dewasa bagi wisatawan
dalam negeri Rp 10.000 per orang, sedangkan anak-anak Rp 7.500 per orang. Sama
halnya seperti di obyek wisata favorit yang lain, tiket masuk untuk wisatawan
luar negeri juga berbeda. Tiket wisatawan asing untuk dewasa Rp 30.000 per
orang, dan anak-anak Rp 15.000 per orang. Tiket masuk dibuka mulai pukul 07.00
– 19.00.
Posting Komentar